inimedan. com-Taput.
Pemerintah pada 3 September 2022 resmi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar Subsidi. Di tengah kenaikan harga BBM penugasan dan subsidi itu, PT Pertamina (Persero) juga sudah resmi menurunkan harga tiga jenis BBM non subsidinya diantaranya Pertamax Turbo, Pertamina Dex dan juga Dexlite.
Selain Pertamina, SPBU milik Shell juga menyesuaikan harga BBM-nya tak terkecuali SPBU milik BP-AKR dan Vivo Energy. Di mana, setelah kenaikan harga BBM Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter dan Solar Subsidi menjadi Rp 6.800 per liter, antusias masyarakat mengisi BBM di SPBU Vivo khususnya untuk jenis Revvo 89 melonjak karena harganya lebih murah hanya Rp 8.900 per liter.
Ragam efek akan terjadi pasca kenaikan BBM. Salah satu sektor paling terdampak adalah transportasi umum, khususnya tranportasi darat. Kenderaan angkutan umum seperti bus, oplet, ojek dan lain- lain, akan menyesuaikan tarif ongkos. Seperti aspirasi yang disampaikan sejumlah sopir angkot di Tarutung, Senin ( 5/9). Mereka berharap Pemerintah, dalam hal ini Dinas Perhubungan segera mengumumkan tarif baru setelah kenaikan BBM.
” Ya wajar saja, tarif baru segera diberlakukan, kalau tidak bagaimana kami bisa makan, ” kata salah seorang sopir angkot di Tarutung. Untuk trayek Sipoholon – Tarutung ongkos yang berlaku Rp 3.000, jika sampai ke Perumnas Silangkitang Rp 5.000. Demikian juga trayek Tarutung – Pancurnapitu ongkos Rp 5.000,dan untuk jarak dekat Rp 3.000.
HARGA CABAI
Menanggapi kenaikan harga BBM, kalangan petani di Taput umumnya berharap harga produk pertanian juga wajar naik. Kenaikan harga pupuk sangat memukul petani tradisionil. Banyak di antaranya mengeluh karena harga sayuran masih murah. Hanya cabai merah yang tiga bulan terakhir ini menggembirakan petani. Tercatat harga cabai merah Senin ( 5/9) masih bertahan Rp 75.000 perkilo dari petani ke toke pengumpul. Para petani cabai merah di Tarutung bersukacita dengan harga cabai saat ini, dibanding harga tahun 2021 lalu, berkisar Rp 12.000 – Rp 18.000. Sebaliknya harga jagung kering yang sempat mencapai Rp 5.000 perkilo, kini merosot jadi Rp 4.000 perkilo.
Tiga orang petani cabai di kawasan Hutabarat Tarutung,G. Simanjuntak, Rinto Silitonga, dan Siregar, mengakui sangat tertolong dari keuntungan bertanam cabai tahun ini. Namun mereka menyebut, harga cabai Rp 70.000 ke atas masih wajar, mengingat harga pupuk dan pestisida yang sangat mahal saat ini. *le#