Lahan Pertanian Padi di Tarutung Menciut, Irigasi Tak Berfungsi

Lahan persawahan padi beralih jadi kebun cabai di Tarutung.
Lahan persawahan padi beralih jadi kebun cabai di Tarutung.( Foto: IMC/ Leonardo)

inimedan.com- Taput.
Lahan persawahan di sebagian wilayah di Kecamatan Tarutung,Tapanuli Utara, telah banyak yang beralih fungsi dari tanaman padi menjadi tanaman cabai merah dan rawit.

Peralihan  ini terlihat khususnya di kawasan Desa Hutabarat Parbaju Julu,  Partali Julu,dan desa lainnya di Kecamatan Tarutung. Hal itu tentu sangat berpengaruh pada kuantitas produksi padi di sejumlah desa,seiring meningkatnya peralihan areal persawahan padi menjadi areal pertanaman hortikultura  ataupun palawija.

Selain peralihan ke tanaman cabai merah, sebagian warga di kawasan Tarutung juga terlihat rajin menanami jagung hibrida. Membaiknya harga jagung yang sempat tembus Rp 6 ribu perkilo, memicu minat petani menanami jagung. Tetapi belakangan harga jagung telah menurun drastis dibawah Rp 4 ribu per kilo.

Meningkatnya minat petani beralih ke palawija dan hortikultura, alasan para petani terkait kesulitan air. Dua saluran irigasi ( bondar) yang biasanya berkontribusi untuk persawahan di sana,sudah lebih 10 tahun tak berfungsi lagi. Petani hanya mengandalkan hujan untuk mengairi sawahnya. Masih untung kalau ada hujan,bagaimana kalau sedang Ari logo ( kemarau panjang),pasti sawah padi kekeringan, ujar Ama Pani Sihombing seorang warga di Parbaju Julu.

Bondar Panaharan di Hutabarat Tarutung 12 tahun tak berfungsi
Bondar Panaharan di Hutabarat Tarutung 12 tahun tak berfungsi ( IMC/ Leonardo)

Dia menyebut antara lain,Bondar Panaharan  di belakang Kantor Dinas PUTR Taput yang sudah 12 tahun tak berfungsi. Sumber irigasi itu dari Aek Sigeaon. Demikian halnya tali air di Panganan Lombu telah lama mati total. Bondar Panaharan kini ditutupi semak belukar,dan menjadi tempat pembuangan sampah.

Faktor lainnya peralihan sawah jadi lahan pertanian cabai, karena seringnya fluktuasi harga cabai cenderung membaik,meskipun acap juga menukik. ” Bertanam cabai itu lebih menjanjikan. Kalau pasaran lagi bagus, kami para petani akan mendapat untung besar,’ kata T.br Hutabarat salah seorang warga yang sudah lima tahun bertanam cabai.Tetapi diakui, resikonya kalau tidak bertanam padi,bakal kesulitan beras. Untuk mengatasinya, tidak semua lahan diperuntukkan menanam cabai. Harus dibagi dua, demi mengantisipasi krisis pangan .

Seorang petani cabai lainnya di Hutabarat Parbaju mengaku, bisa beli mobil dari hasil tanaman cabainya sekitar 6.000 batang pada 2021 lalu. ‘ Kalau satu waktu harga anjlok itu hanya hal biasa yang harus diterima dengan sabar,”ujarnya. Sementara itu sejumlah petani tomat mengeluhkan harga yang sangat murah tak sebanding dengan modal dan jerih payah pengelolaannya. Mereka menunjuk hal wajar ketika ada berita di medsos memosting petani yang menumpahkan tomat hasil panennya ke dalam jurang.

Kadis Pertanian Taput SEY Pasaribu belum berhasil ditemui Kamis ( 10/7) untuk konfirmasi hal tersebut.Pegawai yang ditanya wartawan mengatakan Kadis tugas luar.*le#

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *