inimedan.com-Sergai.
Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara memiliki sebuah kecamatan bernama Tanjung Beringin yang merupakan sebuah daerah yang berada dipesisir pantai. Kecamatan ini telah diresmikan sebagai “Kampung Budaya Melayu”.
Seperti kita ketahui bahwa Budaya Melayu merupakan salah satu budaya pilar penopang kebudayaan nasional Indonesia bahkan kebudayaan dunia. Suku Melayu menduduki peringkat ketiga terbesar di Indonesia.
Sedangkan bahasa Melayu pada struktur dan keterbukaan sistem bahasa yang didalamnya banyak menyerap kosakata dari berbagai bangsa.
Melayu dapat dilihat dari pengertian sempit dan luas. Secara sempit adalah suatu etnis yang berbahasa dan beradat istiadat Melayu serta agama Islam, yang mendalami hampir seluruh wilayah kawasan pantai sumatera. Sedangkan secara luas Melayu merupakan suatu antropologi yang sering dipakai oleh pakar-pakar mencakup di dalamnya bahasa, perilaku, karya material dan peralatan, maupun fisik tubuh yang terlihat oleh panca indera.
Masyarakat Melayu yang ada di Kota Medan disebut dengan Melayu Deli, sedangkan masyarakat di Kota Langkat disebut dengan Melayu Langkat. Begitu pula dengan masyarakat yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai disebut dengan Melayu pesisir, di mana daerah Serdang Bedagai merupakan daerah yang terletak di daerah pantai. “Tak kan Melayu Hilang di Bumi, Bumi Bertuah Negeri Beradat”. Itulah serangkaian kata yang diucapkan oleh tokoh Melayu legenda, hang tuah. Intinya sebagai masyarakat Indoneisa hendaknya kita tetap melestarikan, menjaga, mempelajari budaya Melayu. Ciri khas orang Melayu adalah salah satunya bahasanya.
Pada umumnya pesisir identik dengan budaya Melayu, budaya Melayu pesisir kebanyakan menggunakan huruf “o” pada bagian akhir kata ketika berbicara. Beragam suku budaya ada ditempat ini namun Tanjung Beringin dikenal dengan masyarakat yang mayoritas suku Melayu, di Tanjung Beringin penggunaan bahasa sehari-hari masyarakat menggunakan bahasa Melayu.
Hal yang juga menarik adalah kuliner khas Melayu di Serdang Bedagai. Banyak kuliner khas Melayu yang masih bisa dinikmati dan dilestarikan hingga saat ini.
Ikan Botok
Ikan botok merupakan kuliner masyrakat Melayu yang memiliki cita rasa yang unik. Kuliner ini merupakan kuliner masyrakat Melayu zaman dahulu yang berbahan dasar ikan, yang diolah dengan cara diporam ‘diperam’ atau dengan kata lain ‘dibusukkan’. Ikan yang digunakanpun harus ikan besar, yaitu ikan yang memiliki banyak daging pada tubuhnya. Kuliner ini tergolong sulit diolah. Selain itu, terdapat bahan-bahan pada kuliner ini yang sudah tidak dibudidayakan sehingga sulit ditemui lagi, seperti daun buih-buih dan daun sikontut. Karena sulitnya cara pengolahan pada kuliner ini, begitu juga karena ada beberapa bahan yang sulit ditemukan dari kuliner ini, sehingga kuliner ini sudah jarang dimasak dan dikonsumsi oleh masyrakat Melayu.
*Kue Bando*
Kue Bando merupakan jenis kuliner masyarakat Melayu yang memiliki rasa yang khas. Panganan ini umumnya dimasak dan dikonsumsi pada acara syukuran.
*Kue Dangei*
Kue Dangie merupakan jenis kuliner masyarakat Melayu yang memiliki rasa yang khas. Bahan pada kuliner ini yaitu topung roti, kelapo, gulo puteh, garam, dan gulo merah. Masyarakat Melayu masih memasak dan mengkonsumsi kuliner ini khususnya pada acara seperti syukuran ataupun pada hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri.
Anyang
Anyang merupakan kuliner Melayu yang memiliki rasa yang khas. Kuliner anyang menjadikan pakis dan toge sebagai bahan utama dalam pengolahannya. Kuliner anyang sangat dekat dengan masyarakat Melayu. Masyarakat Melayu masih memasak dan mengkonsumsi kuliner anyang tersebut pada hidangan sehari-hari maupun acara-acara tertentu seperti acara perkawinan. Selain itu, kuliner anyang juga kerap disandingkan dengan bubur podas yang dipercaya masyarakat sebagai kuliner pembangkit selera ketika hendak mengawali puasa pada bulan suci Ramadan. Kekhasan kuliner anyang ini terletak pada rasa dan aroma yang dihasilkan dari buah kelapa dan ketumbar yang digongseng, serta keharuman bumbu-bumbu lain seperti serai dan jahe sebagai pelengkap kekhasan kuliner ini.
*Buah Melako*
Buah Melako merupakan kuliner masyarakat Melayu yang memiliki rasa dan bentuk yang khas. Panganan ini dikenal juga dengan istilah “klepon”. Masyarakat Melayu masih memasak dan mengkonsumsi kuliner ini khususnya pada saat Hari Raya Idul Fitri dan acara-acara lain seperti upah-upah maupun hidangan pada acara adat lainnya. Penganan ini memiliki rasa manis yang dihasilkan oleh gula merah yang memberikan kenikmatan ketika digigit, ditambah dengan rasa khas dari kelapa parut.
Bubur Podas
Bubur podas berasal dari dua kata yaitu bubur ‘bubur’ dan podas ‘pedas’. Bubur podas merupakan kuliner kebesaran masyarakat Melayu yang disajikan pada waktu menjelang puasa Ramadan. Bubur podas terbuat dari boras, kelapo, udang, kontang, garam, merica, daun pre, daun sop, bawang goreng dan bumbu lainnya.
*Gulai Ladang/Gulai Lomak*
Gulai ladang atau yang akrab disapa gulai lomak merupakan kuliner masyarakat Melayu yang berbahan dasar kelapo ‘kelapa’ yang menghasilkan santan yang lemak sehingga menjadikan kuliner ini sebagai kuliner dengan cita rasa yang khas. Berbeda dengan gulai pada umumnya, gulai ini tidak dimasak dengan minyak atau tidak ditumiskan. Masyarakat Melayu masih memasak dan mengkonsumsi kuliner ini pada acara-acara syukuran maupun masakan rumah sehari-hari.
Halwa botek
alwa botek merupakan manisan dari buah pepaya (Carica Papaya). Halwa botek sendiri berasal dari kata halwa yang berarti ‘manisan’ dan botek yaitu ‘pepaya’. Sesuai maknanya, halwa botek ini memiliki rasa yang sangat manis. Masyarakat Melayu masih membuat dan mengkonsumsi kuliner ini terkhusus pada upacara adat perkawinan maupun pada Hari Raya Idul Fitri. Masyarakat Melayu mempercayai bahwa rasa manis yang terdapat pada kuliner halwa botik ini akan membawa kemanisan pada kehidupan masyarakat yang menyajikan dan mengkonsumsi kuliner ini.
Selain kuliner, yang lebih unik lagi dari budaya Melayu adalah tentang tradisi berbalas pantun sangat berperan penting dalam upacara pesta perkawinan dalam prosesi meminang maupun akad nikah adat suku Melayu. Berbalas pantun bagian dari maksud dan tujuan kedatangan seseorang sebagai sarana komunikasi disampaikan menyampaikan pantun.*gus/di#