Cerita Duka Atlet Nasional Angkat Besi

Inimedan.com
Langkah, rezeki, pertemuan dan maut ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan tak seroangpun yang mengetahui bagaimana nasibnya di kemudian hari. Sama seperti halnya yang dialami Bagus Danu Saputra, salah seroang atlit nasional Angkat Besi asal Jawa Tengah. Karena kesulitan ekonomi, akhirnya mengantarkannya kelembah hitam dan kini terpaksa mendekam di sel tahanan.
Sumbangsihnya yang pernah mengharumkan nama baik bangsa karena prestasinya dicabang olahraga angkat besi, ternyata tidak lantas menjamin mencapai kesuksesan dalam kehidupannya sehari-hari. Prestasi yang pernah dibuatnya, ternyata tidak lantas muncul perhatian dari pihak pemerintah Jawa Tengah, seperti nasib yang dirasakan atlit-atlit lainnya. Akibatnya mengantarkannya memilih jalan pintas, yakni masuk ke dunia hitam kejahatan.
Dari apa yang dirasakan Bagus Danu Saputra itu, siapakah yang harus disalahkan. Namun apa yang dirasakan atlit angkat besi itu bisa menjadi bahan pelajaran bagi para atlit maupun pihak pemerintah. Seorang atlit tidak ubahnya sebagai seorang pejuang, sebab lewat prestasinya bendera sang saka merah putih bisa dikibarkan di Negara orang.
Tatapan mata Bagus Danu Saputra tampak kosong saat dibesuk pejabat Dinas Pemuda dan Olahraga (Dinpora) di Markas Polisi Sektor Pedurungan, Semarang, Jawa Tengah, pada Minggu, (19/9). Ia meratapi nasibnya yang terjembab ke lembah hitam hingga membuatnya mendekam di tahanan.
Bagus, demikian ia biasa dipanggilan, seperti kehilangan gairah untuk bangkit kembali. Betapa tidak, impiannya untuk mengangkat barbel besi di ajang PON XIX Jawa Barat kandas di tengah jalan. Bagus bilang angkat besi sebenarnya menjadi tumpuan hidupnya.
Ia sedari kecil telah bergelut di sasana lifter yang ada di sudut Kota Semarang. Tatkala menginjak kelas VIII SMP, ia bahkan mampu membawa nama Indonesia ke tempat tertinggi usai menyabet juara umum di ajang Arafura Games pertengahan 2011 silam.
“Ketika SMP, saya sempat ikut Arafura Games 2011 di Darwin, Australia. Saya dapat medali emas di ajang itu,” kata Bagus, saat berbincang dengan Rappler.
Saat berkompetisi di Negeri Kanguru itulah, ia yang bertarung di kelas 56 kg, mampu mengungguli lawan-lawannya dari berbagai negara. Tak hanya itu saja, katanya. Ia juga kerap menelurkan prestasi-prestasi gemilang tatkala berkompetisi di dalam negeri. “Semuanya saya punya 12 medali emas,” katanya lagi.
Meski begitu, ia mengaku semuanya hancur tatkala harus berurusan dengan aparat kepolisian. Ia tepergok mencuri beberapa sepeda motor bersama rekannya pada 15 Agustus. Ia terpaksa masuk penjara untuk menunggu perkaranya dilimpahkan ke meja hijau.
Akibat situasi itulah, ia mengatakan kini sedang berada di titik nadir. Ia menganggap semua itu berawal dari rasa frustasinya terhadap sikap pemerintah yang abai terhadap nasib atlet-atlet berprestasi sepertinya. “Kebutuhan ekonomi memaksa saya melakukan ini.”
Sejak mengharumkan nama bangsa di kancah dunia, ia jarang tampil lagi di pertandingan setingkat regional maupun nasional walaupun di sisi lain tetap rutin berlatih mengangkat beban tiap hari.
“Susah payah latihan enggak pernah dipanggil pelatnas juga. Itu saya rasa sangat berpengaruh terhadap semangat latih dan penghasilan saya. Apalagi, saya cuma dapat uang dari bonus ketika menyabet medali,” ujar pria bertubuh gempal ini.
“Saya cuma pengin kembali angkat besi. Karena itu hidup saya. Saya merasa ada potensi. Tapi kerap dicadangkan,” imbuhnya.
Terlibat pencurian sepeda motor
Dil ain pihak, Kepala Dinas Sosial Pemuda dan Olahraga Semarang, Gurun Riyatmoko merasa sangat prihatin dengan nasib atlet yang terjembab ke lembah hitam tersebut. Padahal, Bagus punya potensi untuk memperkuat Tim Jateng yang berlaga di PON XIX Jabar.
“Dia bisa berlaga atas nama Jawa Tengah. Tapi sayangnya sekarang harus berurusan dengan masalah kriminal,” kata Gurun saat dikonfirmasi secara terpisah.
Untuk menyelesaikan masalah itu, ia berjanji dalam waktu dekat segera melakukan upaya terbaik untuk mengembalikan mental sang atlet agar dapat berkibar kembali. “Tentunya saat atlet kebanggaan kita sedang tersandung masalah, maka harus berusaha melakukan yang terbaik,” terangnya.
Saat ini, ia menyatakan akan menjadikan permasalahan yang menimpa Bagus sebagai bahan evaluasi antara pemerintah dengan KONI. Keduanya akan dipertemukan kembali untuk membahas pembinaan atlet, sehingga masalah serupa diharapkan tak terulang kembali.
Komisaris Polisi Sugiyatmo, Kepala Polisi Sektor Pedurungan, berpendapat bahwa apa yang dilakukan Bagus bersama rekannya yang nekat menggondol motor merupakan tindakan yang melanggar hukum. Terlebih lagi, tindakannya yang dua kali mencuri motor telah meresahkan warga Pedurungan.
Bagus dan temannya Mamang Rudi Asmoro sengaja berbekal celurit dan kunci leter T untuk mencuri motor di wilayah hukumnya. Aksinya dilaporkan ke polisi pada 15 Agustus kemarin. “Sasarannya kadang kos-kosan. Ada pula di warung makan, dan warung internet,” bebernya.
Ia menuding keduanya juga kerap menenggak minuman keras sebelum beraksi. Polisi kini sedang mendalami perkaranya apakah hukuman yang akan dijatuhi lebih berat atau tidak.[Rc/im-01]