Sumut Bakal Punya Wisata Mangrove

INIMEDAN – Pada tahun Provinsi Sumatera Utara bakal mempunyai objek wisata mangrove. Wisata mangrove tersebut bakal dikembangkan, selain untuk menjaga ekosistem laut, juga untuk memperkenalkan ke masyarakat pentingnya memproteksi laut dengan mangrove.

Anggota DPD RI asal Sumut, Parlindungan Purba, mengatakan pengenalan ekowisata mangrove akan dimulai pada akhir Januari 2016. Ini, katanya, akan diawali dari sekolah-sekolah.

Bacaan Lainnya

“Nanti guru-guru akan kita ajak ke hutan mangrove ini. Khususnya guru-guru di Medan baik SMP dan SMA. Setelah guru, barulah anak muridnya,” ujarnya saat melakukan tinjauan ke hutan mangrove pantai di pesisir timur, Rabu (30/12/2015).

Untuk itu, dia beserta Balai Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Pariwisata Sumut, Dinas Kehutanan Sumut, Konjen Malaysia dan India akan bersama menata mangrove yang ada di Sumut. Setelah ini, dia berharap pemerintah juga tegas dalam menetapkan zona mana yang bisa ditanami mangrove, mana kawasan hutan, dan lainnya.

“Saya menyarankan harus ada legenda pada setiap pohon mangrove ini. Jenis-jenisnya kan banyak. Pohonnya dibuat nama dan sejarahnya,” sambungnya.

Seperti diketahui luas hutan mangrove di Sumut yang terletak di sepanjang pantai timur berdasar data BP2HM seluas 199.478,32 hektare. Dari luas itu, Kabupaten Langkat memiliki luas mangrove yablng paling dominan yakni 50.650,93 hektare.

Menanggapi hal itu Kepala Seksi Bina Objek Wisata Dinas Pariwisata Sumut, Yusuf Siregar mengatakan, untuk saat ini wisata mangrove belum bisa dikembangkan di Sumut. Hal ini dengan melihat kondisi sarana dan prasarana baik menuju dan yang ada di tempatnya masih sangat jauh dari harapan.

“Seperti yang kita lihat tadi, untuk menjangkaunya transportasinya masih sulit. Tempat ibadah dan MCK nya juga belum memadai, bahkan belum ada. Tempat makan seperti resto atau rumah makan juga ga ada,” ujarnya.

Ia juga pesimis kalau wisatawan juga ingin kesini karena sarana dan prasarananya belum memadai. Aka tetapi, kata Yusuf, wisata Mangrove yang terletak di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan itu cocok bagi yang ingin berwisata sendiri atau pribadi.

Mangrove Restoration and Protection Manager (MRPM) Yagasu, Rangga Bayu Basuki mengatakan, pihaknya sebagai pengelola siap jika hutan mangrove yang telah dibina sejak 2008 menjadi objek wisata.

Ia mengatakan selain melihat mangrove, pihaknya juga telah menyiapkan program menanam mangrove bagi pelancong yang berkunjung. Sehingga, ujarnya, bukan hanya sekedar melihat melainkan juga bisa merasakan sensasinya. “Sebenarnya nama-nama atau history setiap mangrove ini sudah ada kita pasangkan papan. Tapi untuk kali ini terlepas. Kita akan optimalkan lagi,” katanya.

Selain melihat hutan mangrove, menanam, di kawasan hutan seluas 3.000 hektare dibawah binaan Yagusa, juga bisa melihat berbagai satwa. Seperti burung bangau lokal yang biasa disebut kuntul. Kemudian ada juga monyet, ribuan burung imigran Siberau, burung bangau putih dan hitam yang setiap pukul 17.00 WIB sampai 18.00 WIB mewarnai hutan mangarove. [MUL]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *